09/05/2012

Pangko dalam adat istiadat Melayu Rokanhilir

Dalam adat istiadat Melayu Rokanhilir, ada kata istilah yang harus digunakan untuk sebutan kepada saudara sedarah dalam satu keluarga. Kata istilah yang dimaksud adalah kata Pangko.

Kata pangko ini harus digunakan dalam suatu keluarga untuk panggilan terhadap saudara yang lebih tua darinya. Karena merupakan suatu adab yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya kata Pangko ini digunakan dalam satu keluarga sedarah, seperti saudara abang-adik (kakak adik). Dan penggunaannya dilakukan oleh saudara yang muda terhadap saudara yang lebih tua darinya. Sementara saudara yang lebih tua terhadap saudara yang lebih muda, kata Pangko ini tidak digunakan lagi.

Jadi pengertian Pangko adalah Panggilan Sopan yang dilakukan oleh saudara yang muda terhadap saudara yang lebih tua darinya.

Di Rokanhilir, ada sekitar 6 (enam) Nama Pangko yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Enam nama "Pangko" tersebut adalah:
  1. ULUNG.
  2. ONGAH.
  3. ALANG.
  4. UDO.
  5. UTIH.
  6. UCU.

Adapun penempatan dari nama-nama Pangko tsb adalah sbb:
  1. ULUNG.
    Di gunakan untuk panggilan kepada saudara yang paling tua.
  2. ONGAH.
    Digunakan untuk panggilan kepada saudara nomor dua.
  3. ALANG.
    Digunakan untuk panggilan kepada saudara nomor tiga.
  4. UDO.
    Digunakan untuk panggilan kepada saudara nomor empat.
  5. UTIH.
    Digunakan untuk panggilan kpd saudara nomor lima. Dan
  6. UCU.
    Digunakan untuk panggilan kepada saudara nomor enam.

Apabila dalam satu keluarga melebihi dari "tujuh" bersaudara, misalnya ada delapan, sembilan atau lebih, maka saudara yang nomor tujuh tersebut cukup dipanggil dengan panggilan "Abang" saja oleh saudara yang lebih muda darinya. Dan itu bila saudara yang nomor Tujuh tersebut adalah laki-laki. Tapi bila saudara yang nomor Tujuh itu adalah perempuan, maka dia dipanggil dengan panggilan "Kakak". Begitu juga untuk saudara yang nomor delapan, sembilan dan seterusnya.

Sekali lagi, kata pangko tersebut digunakan untuk panggilan kepada saudara yang lebih tua darinya. Sementara saudara yang lebih tua memanggil kepada saudara yang lebih muda, kata Pangko tidak digunakan lagi. Tapi cukup memanggil dengan menyebut namanya saja.

Pangko Terhadap Saudara Sepupu.

Selain kepada Saudara Kandung, panggilan Pangko juga digunakan kepada saudara Sepupu. Dan penggunaannya tetap sama seperti pada saudara kandung.

Pangko terhadap saudara Ayah maupun terhadap saudara Ibu.

Pangko terhadap saudara ayah maupun terhadap saudara ibu ada 2 versi.

Versi pertama.

Pangko untuk Saudara ayah yang laki-laki, maupun untuk saudara Ibu yang laki-laki, maka didepan kata "Pangko", ditambahkan dengan kata "Pak". Dan untuk saudara ayah yang perempuan maupun saudara ibu yang perempuan, maka didepan kata "Pangko" ditambahkan dengan kata "Mak".

Misalnya untuk Saudara Ayah yg laki-laki ataupun saudara Ibu yang laki-laki, maka akan dipanggil dengan panggilan Pak Ulung, Pak Ongah, Pak Alang, Pak Udo, Pak Utih dan Pak Ucu. Dan untuk Saudara Ayah yg perempuan ataupun saudara Ibu yang perempuan, maka akan dipanggil dengan panggilan Mak Ulung, Mak Ongah, Mak Alang, Mak Udo, Mak Utih dan Mak Ucu.

Urutan nama Pangko yang digunakan terhadap saudara ayah maupun terhadap saudara ibu, tetap digunakan sesuai urutan pada saudara abang-adik (kakak-adik). Yaitu mulai dari saudara tertua sampai pada saudara nomor 6 (enam).

Contoh: Bila saudara Ayah maupun saudara Ibu yang pertama adalah laki-laki, maka akan dipanggil Pak Ulung. Dan jika perempuan, maka akan dipanggil Mak Ulung.

Istilah yg disematkan pada saudara ayah ataupun saudara Ibu yang laki-laki disebut dengan "Pebapaan".
Dan istilah yg disematkan pada saudara Ayah ataupun saudara Ibu yg perempuan disebut dengan "Peibuan".

Dengan kata lain bahwa; "Pebapaan" adalah saudara laki-laki dari ayah ataupun saudara laki-laki dari ibu, sementara "Peibuan" adalah saudara perempuan dari ayah ataupun saudara perempuan dari ibu. Dalam bahasa trend-nya, Pebapaan sama dengan OM dan Peibuan sama dengan Tante.

Saudara laki-laki yang lebih muda dari Ayah, dan saudara laki-laki yang lebih muda dari Ibu disebut dengan "Pakcik". Dan Saudara perempuan yang lebih muda dari Ayah, atau saudara perempuan yang lebih muda dari Ibu disebut dengan "Makcik"

KataPakcik berasal dari kata Bapak kecil, Bapak kecik atau Bapak kocik. Disingkat menjadi Pakcik.
Sementara kata Makcik berasal dari kata Ibu kecil, Emak kecik ataupun Emak kocik. Disingkat menjadi Makcik.

Bapak besar dan Ibu besar tidak pernah digunakan dalam masyarakat Melayu Rokanhilir. Karena panggilan bapak besar dan Ibu besar sudah terwakilkan dengan kata Pangko diatas.
Beda halnya dengan suku Jawa. Kalau suku jawa sangat umum digunakan Istilah "Bapak besar" maupun "Ibu besar". Yang dalam bahasa Jawa-nya disebut "Pak-de" dan "Buk-de". Yaitu singkatan dari "Bapak-gede" dan "Ibu-gede". Begitu juga dengan "Bapak-kecil", disebut "Pak-lik". Yaitu singkatan dari "Bapak-cilik". Sementara kata "Ibu-cilik" atau "Bu-lik", penulis belum mengetahui tentang itu.

Begitu juga dengan suku Minang kabau. Apakah ada istilah Bapak besar dan Ibu besar, saya juga belum tau.
Tapi kalau Bapak kecil dan Ibu kecil, itu memang sangat umum digunakan. Yang dalam bahasa Minangnya disebut "Pak-etek" dan "Mak-etek". Yaitu singkatan dari "Bapak-ketek" dan "Mamak-ketek".


Pangko terhadap saudara Ayah maupun terhadap saudara dari Ibu, Versi yang kedua.

Pangko terhadap saudara Ayah maupun terhadap saudara dari Ibu pada Versi yang kedua ini tidak begitu jauh perbedaannya. Perbedaannya adalah terletak pada nama dari saudara Ayah ataupun nama dari saudara Ibu di versi ini disebutkan. Sementara pada versi pertama, nama dari saudara Ayah ataupun nama dari saudara Ibu tidak disebutkan.

Contoh: Untuk Saudara ayah yang laki-laki, didepan namanya, ditambahkan dengan kata "Pak". Misalnya: "Pak Rahman". Sedangkan untuk saudara laki-laki dari ibu, didepan namanya ditambahkan dengan kata "Mak". Misalnya: "Mak Rahman".

Dan untuk saudara ayah yang perempuan, didepan namanya, ditambahkan dengan kata "Bu". Misalnya: "Bu Asnah". Dan untuk saudara ibu yang perempuan, sama seperti untuk saudara ayah yang perempuan, yaitu didepan namanya ditambah dengan kata "Bu", menjadi "Bu Asnah".

Jadi pada versi yang kedua ini, penggunaan kata "Pak" dan kata "Mak", bukan untuk membedakan jenis kelamin infifidu yang dipanggil. Tapi adalah untuk membedakan jalur hubungan dari ayah atau jalur hubungan dari ibu. Seperti pangilan diatas. Saudara laki-laki dari ayah dipanggil "Pak Rahman" dan saudara laki-laki dari ibu dipanggil dengan "Mak Rahman". Sementara pada versi pertama, kata Pak, khusus ditujukan kepada saudara laki-laki dari ayah maupun dari Ibu. Dan kata Mak, khusus ditujukan kepada saudara perempuan dari ayah juga saudara perempuan dari ibu.

Dari kedua versi ini, mana yang lebih utama.??
Tentulah versi yang pertama. Karna kalau dinilai dari adab dan kesopanan, maka versi yang pertamalah yang lebih sopan. Sebab versi yang pertama tidak menyebut nama saudara dari ayah maupun nama saudara dari ibu. Sementara versi yang kedua, masih menyebut nama saudara dari ayah maupun nama saudara dari ibu.

Demikianlah penjelasan ringkas tentang kata "Pangko" dalam adat istiadat masyarakat Melayu Rokanhilir.

Semoga Kata "Pangko" ini tetap dilestarikan pada generasi-generasi yg akan datang. Sehingga masyarakat Melayu Rokanhilir ini tetap menjadi masyarakat Melayu yg bertamadun.

Dan selain yg diatas, mungkin masih adalagi istilah-istilah lain yang digunakan oleh masyarakat Melayu di Rokanhilir ini. Dan penulis hanya menjelaskan istilah umum yang penulis ketahui yang biasa digunakan.

Wabillaahii taufik wal hidayah, wassalaamualaikum waroh matullaahi wabarokatuh.

Tidak ada komentar: